STRESS AND HEALTH

 STRES

Source : https://images.app.goo.gl/rTactRGsc1oTRBWt5

Merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons fisik, emosional, kognitif, dan perilaku terhadap peristiwa yang dinilai sebagai ancaman atau tantangan. 

Stres dapat muncul dari gangguan fisik, contohnya kelelahan yang tidak biasa, masalah tidur, sering masuk angin, dan nyeri dada atau mual. Stres juga dapat dilihat dari perilaku yang berbeda, seperti mondar-mandir, makan terlalu banyak, banyak menangis, merokok, minum lebih banyak dari biasanya, dan secara fisik menyerang orang lain dengan memukul atau melempar barang. 

Selain itu, stres juga dapat dilihat dari keadaan emosional seseorang, seperti kecemasan, depresi, ketakutan, lekas marah, dan frustasi. Dalam gejala mental, stres termasuk masalah dalam konsentrasi, ingatan, pengambilan keputusan, dan biasanya sering kehilangan selera humor. 

STRESSOR

Stressor merupakan peristiwa yang menyebabkan reaksi stres. Stressor dapat ditimbulkan dari peristiwa yang sangat serius (badai, kebakaran, tabrakan, pertempuran) hingga kejadian yang menjengkelkan dan mengganggu (keterlambatan, orang kasar, kehilangan kunci mobil). 

Ada dua macam stressor, yaitu :

1. Stressor yang menyebabkan distres, ketika orang mengalami stressor yang tidak menyenangkan. Jenis stres ini merupakan stres yang banyak dihindari oleh orang-orang. 

2. Stressor yang menyebabkan eustres, yang diakibatkan oleh peristiwa positif  yang menuntut seseorang untuk beradaptasi atau berubah. Eustres pertama kali dikenalkan oleh Hans Selye (1936). Para peneliti sekarang mendefinisikan eustres sebagai jumlah stres optimal yang dibutuhkan seseorang untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. 

KEJADIAN EKSTERNAL YANG DAPAT MENYEBABKAN STRES

1. Bencana (Malapetaka)

Peristiwa berskala besar yang tidak dapat diprediksi sehingga menciptakan kebutuhan yang lebih besar untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri serta mengatasi perasaan terancam. Conothnya, perang, angin topan, banjir, kebakaran, kecelakaan pesawat, dan bencana lainnya. Dampak yang dihasilkan tidak hanya mempengaruhi orang-orang yang berada pada bencana tersebut, tetapi juga pada anak-anak yang belum lahir atau pada ibu hamil yang terlibat pada peristiwa tersebut. Stres prenatal tidak hanya memiliki konsekuensi jangka pendek seperti kelahiran prematur, tetapi juga mempengaruhi konesekuen jangka panjang, seperti tingkat kecerdasan yang lebih rendah dan perilaku kesehatan yang buruk di masa dewasanya  (Cao-Lei et al., 2014; Eriksson et al., 2014; Raposa et al., 2014; Witt et al., 2014).

2. Perubahan Besar dalam Hidup

Terdapat peristiwa besar, seperti pernikahan dan kuliah, yang menuntut seseorang untuk melakukan penyesuaian dan perubahan. Penyesuaian dan perubahan inilah yang menjadi inti dari stres  (Holmes & Rahe, 1967).

    The Social Readjustment Rating Scale (SRRS)

Untuk mengukur jumlah stres dalam kehidupan seseorang, Holmes dan Rage membuat skala penilaian penyesuaian sosial (SRRS). Skala ini digunakan untuk mengukur jumlah stres selama periode 1 tahun yang dihasilkan dari peristiwa besar dalam hidup seseorang. Kemudian akan dihasilkan skor yang dapat memberikan perkiraan yang baik tentang tingkat stres yang dialami oleh orang tersebut. Rentang skor ini dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit atau kecelakaan. 

    The College Undergraduate Stres Scale (CUSS)

SRRS lebih cocok untuk orang dewasa yang sudah mapan dalam karir mereka. Sedangkan CUSS ini skala yang digunakan oleh mahasiswa dengan berbagai peristiwa kehidupan dari hal-hal di dunia perguruan tinggi. Sama dengan SRRS, skala ini untuk mengukur jumlah stress mahasiswa dalam periode 1 tahun yang dihasilkan dari peristiwa besar dalam hidup. 

3. Daily Hassles (Kerepotan)

Sebagian stres yang kita alami sehari-hari sebenarnya berasal dari sedikit frustasi, penundaan, gangguan, perbedaan pendapat kecil, dan kejengkelan kecil serupa. Lazarus dan Folkman (1984) mengembangkan skala kerepotan yang memiliki item seperti 'salah menempatkan atau kehilangan barang' dan 'tetangga menyusahkan'. Didalam skala tersebut terdapat peringkat berkisar antara 0 (tidak ada kerumitan atau tidak terjadi) hingga 3 (kesulitan yang sangat parah). Penelitian juga menunjukkan bahwa kerepotan juga dapat berasal dari sumber yang sangat berbeda tergantung pada tahap perkembangan seseorang (Ellis et al., 2001).

FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM STRES

1. Tekanan

Tekanan yang dihasilkan oleh pengalaman psikologis oleh tuntutan atau harapan yang mendesak atas perilaku seseorang yang berasal dari sumber luar orang tersebut. Tekanan waktu merupakan salah satu bentuk tekanan yang paling umum. Tekanan dapat berdampak negatif pada kemampuan seseorang untuk menjadi kreatif. 

2. Tak Terkendali

Faktor lain yang meningkatkan pengalaman stres seseorang adalah tingkat kendali yang dimiliki orang tersebut atas peristiwa atau situasi tertentu. Semakin sedikit kontrol yang dimiliki seseorang, maka semakin besar tingkat stresnya. 

3. Frustasi

Pengalaman psikologis yang dihasilkan oleh penghalangan tujuan yang diinginkan atau pemenuhan kebutuhan yang dirasakan. Frustasi dapat bersifat eksternal dan internal. Frustasi eksternal, seperti kerugian, penolakan, kegagalan, dan penundaan. Frustasi internal, ketika tujuan atau kebutuhan tidak dapat dicapai karena karakteristik internal atau pribadi. 

Beberapa respons atau reaksi dari frustasi :

- Kegigihan : upaya terus-menerus untuk menyiasati hal apa pun yang menyebabkan frustasi.

- Agresi : tindakan yang dimaksudkan untuk menyakiti atau menghancurkan orang lain. Agresi terlantar adalah melampiaskan rasa frustasi pada target yang tidak terlalu mengancam dan lebih tersedia. 

- Melarikan diri atau menarik diri : meninggalkan kehadiran pemicu stres, baik secara harfiah atau penarikan psikologis ke dalam fantasi, penyalahgunaan obat, atau sikap apatis. 

4. Konflik 

- Pendekatan-Pendekatan : harus memilih antara dua tujuan yang diinginkan. Contoh, ketika ingin membeli es teh atau jus jambu, kemudian kita diharuskan untuk memilih salah satu antara dua minuman tersebut. 

-Penghindaran-Penghindaran : harus memilih antara dua tujuan yang tidak diinginkan. Contoh, ketika seorang siswa diberatkan oleh dua hukuman yang harus dipilih salah satu yaitu membersihkan kamar mandi dan hormat bendera selama 30 menit. 

-Pendekatan-Penghindaran : Harus memilih atau tidak memilih tujuan yang memiliki aspek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Contoh, adek ingin memiliki mainan pasir magic, tetapi setelah bermain dia tidak mau membereskannya. 

-Beberapa Pendekatan-Penghindaran : Harus memilih di antara dua tujuan atau lebih, dengan setiap tujuan memiliki aspek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Contoh, ketika saya bingung dalam melanjutkan pendidikan selanjutnya. Yang satu yaitu perguruan tinggi negeri dengan jurusan yang saya inginkan dan dengan biaya yang mahal. Dan satunya lagi yaitu pendidikan ikatan dinas dengan jurusan yang tidak diinginkan tetapi dengan biaya yang murah. 

FAKTOR FISIOLOGIS : STRES DAN KESEHATAN

1. SINDROM ADAPTASI UMUM

Tiga tahap reaksi fisiologis tubuh terhadap stres, termasuk alarm, resistensi, dan kelelahan. 

    - Alarm

Saat tubuh pertama kali bereaksi terhadap stressor, sistem saraf simpatik diaktifkan. Kelenjar adrenal melepaskan hormon yang meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan suplai gula darah yang menghasilkan energi. Reaksi ini biasanya sering terjadi seperti demam, mual, sakit kepala.

    -Perlawanan

Saat stres berlanjut, tubuh menyesuaikan diri dengan aktivitas saraf simpatik, kemudian melepaskan hormon stres yang membantu tubuh melawan pemicu stres. Gejala awal pada tahap alarm akan berkurang. Hormon yang dilepaskan yaitu hormon noradrenalin (norepinefrin), sebenarnya kelihatan mempengaruhi proses otak terhadap rasa sakit, sehingga ketika seseorang sedang stres seseorang dapat mengalami semacam analgesia (ketidakpekaan terhadap rasa sakit). 

    - Kelelahan

Ketika energi atau sumber daya tubuh habis, maka akan terjadi kelelahan. Kelelahan dapat menyebabkan pembentukan penyakit yang berhubungan dengan stres (tekanan darah tinggi atau sistem kekebalan tubuh yang lemah) atau kematian makhluk hidup jika tidak terdapat bantuan. Kemudian ketika stresor berakhir, saraf parasimpatis aktif dan tubuh berusaha untuk mengisi kembali energi atau sumber dayanya. 

2. SISTEM KEKEBALAN DAN STRES

Sistem kekebalan adalah sistem sel, organ, dan bahan kimia tubuh yang merespons serangan dari penyakit, infeksi, dan cedera. Sistem kekebalan tubuh dipebgaruhi oleh stres. Stres memicu respons yang sama dalam sistem kekebalan yang memicu infeksi. Enzim tertentu dan bahan kimia lainnya (antibodi) yang dibuat oleh sel kekebalan (sel darah putih) akan melawan infeksi dalam tubuh. Sel darah putih akan mengelilingi bakteri atau bahan menular lainnya dan melepaskan bahan kimia serta enzim ke dalam aliran darah. Kemudian dari sana, bahan kimia ini mengaktifkan situs reseptor di saraf vagus (saraf terpanjang yang menghubungkan tubuh ke otak). Aktivitas situs reseptor inilah yang memberi sinyal ke otak bahwa tubuh sedang sakit, sehingga menyebabkan orak merespon dengan aktivitasi sistem kekebalan lebih lanjut.  

Hormon juga berperan dalam membantu sistem kekebalan melawan efek stres. Menurut Morgan et ak, 2009 hormon dehydroepiandrosterone diketahui memberikan manfaat antistres pada hewan dan toleransi stres pada manusia. 

    -Penyakit Jantung

Stres telah terbukti membuar orang mengalami resiko penyakit jantung koroner yang lebih tinggi yang disebabkan oleh penumpukan zat lilin (plak) di arteri jantung. Stres dapar mempengaruhi pelepasan bahan kimia sistem kekebalan seperti sitokin yaitu protein kecil yang terlibat dalam proses inflamasi. Stres juga dapat mempengaruhi fungsi hati, yang tidak aktif saat sistem saraf simpatik terangsang dan tidak memiliki kesempatan untuk membersihkan lemak dan kolesterol dari aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan arteri tersumbat dan akhirnya kemungkinan akan terjadi serangan jantung atau stroke.

    - Diabetes

Masalah berat badan juga dapat dikaitkan dengan stres. Salah satu penyakit kronis yang dikaitkan dengan kenaikan berat baddan yang berlebihan adalah diabetes, khususnya diabetes tipe 2. Tes diabetes tipe 2 dikaitkan dengan penambahan berat badan yang berlebihan dan terjadi ketika kadar insulin pankreas menjadi kurang efisien seiring dengan bertambahnya ukuran tubuh. Resistensi insulin telah dikaitkan oleh penelitian dengan tingkat sitokin sistem kekebalan yang lebih tinggi. 

    -Kanker

Kanker bukanlah satu penyakit melainkan kumpulan penyakit yang dapat menyerang bagian tubuh manapun. Tidak seperti sel normal pada umunya, sel kanker akan membelah tanpa henti. Tumor yang dihasilkan mempengaruhi fungsi normal organ dan sistem yang mereka serang, sehingga gagal dan akhirnya membunuh organisme tersebut. Stres tidak dapat secara langsung menyebabkan kanker pada seseorang, tetapi stres dapat memiliki efek penekanan pada sistem kekebalan tubuh sehingga membuat pertumbuhan kanker yang tidak terkendali lebih mungkin terjadi. Sistem kekebalan tubuh pada bagian disebut juga dengan sel pembunuh alami (NK) yang memiliki fungsi utama untuk menekan virus dan menghancurkan sel tumor. Stres telah terbukti menekan pelepasan sel pembunuh alami sehingga membuat sistem tubuh lebih sulit melawan pertumbuhan kanker.

    -Masalah Kesehatan Lainnya

Menurut Cohen et al., 2007 stres menjadi faktor penyebab berbagai penyakit dan gangguan pada manusia, termasuk penyakit jantung, depresi, HIV AIDS. Stres juga dapat dikaitkan dengan pekerjaan di usia paruh baya yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena cacat fisik dan mental di usia muda. 

PSIKOLOGI KESEHATAN

Bidang psikologi kesehatan berfokus pada bagaimana aktivitas fisik, ciri-ciri psikologis, reaksi stres, dan hubungan sosial mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan dan tingkat penyakit. Psikolog yang berspesialisasi dalam bidang ini biasanya adalah psikolog klinis atau konseling dan dapat bekerja dengan dokter medis di rumah sakit atau klinik. Meskipun ada psikolog kesehatan yang terlibat dalam pengajaran dan penelitian. Ada juga yang berfokus pada masalah kesehatan dan kesejahteraan di tempat kerja atau seperti pencegahan penyakit melalui imunisasi atau pendidikan gizi. 

Psikolog kesehatan berusaha memahami bagaimana perilaku (penggunaan obat-obatan, kepribadian, optimisme, atau jenis makanan yang dimakan seseorang) dapat memepengaruhi kemampuan seseorang untuk melawan penyakit atau meningkatkan kemungkinan jatuh sakit. 

FAKTOR KOGNITIF PADA STRES

 Menurut Richard Lazarus, pandangan kognitif tentang stres disebut dengan teori emosi mediasi-kognitif, yaitu dimana cara orang memikirkan dan menilai stresor merupakan faktor utama dalam stres. Terdapat dua langkah dalam menilai tingkat kerugian dari sebuah stressor dan bagaimana seseorang harus bereaksi terhadap stresor tersebut. 

1. Penilaian Primer

Langkah pertama dalam menilai stres, yang melibatkan perkiraan tingkat keparahan stresor dan mengklasifikasikannya sebagai ancaman atau tantangan. Menganggap pemicu stres sebagai tantangan atau ancaman membuat upaya mengatasi stresor lebih mungkin berhasil. Sedangkan mempersepsikan stresor sebagai hal yang memalukan atau membayangkan kegagalan atau penolakan di masa depan, lebih cenderung mengarah pada peningkatan reaksi stres, emosi negatif, dan ketidakmampuan untuk mengatasi dengan baik. 

2. Penilaian Sekunder

Langkah kedua dalam menilai stresor, yang melibatkan perkiraan sumber daya yang tersedia bagi orang tersebut untuk mengatasi ancaman tersebut. Sumber daya mungkin termasuk dukungan sosial, uang, waktu, energi, kemampuan, atau sejumlah sumber daya potensial, tergantung pada ancamannya. Jika sumber daya dianggap memadai, maka tingkat stres akan jauh lebih kecil daripada jika sumber daya hilang atau kurang. 

Selain itu, menurut Jamieson et al., 2012 terdapat pendekatan penilaian ulang kognitif yang menilai kembali gairah mereka saat mengalami stresor sehingga membantu menggeser efek negatif dari gairah stres ke efek yang lebih positif. Penilaian kembali gairah ditemukan untuk membantu peserta pulih dari stres yang memungkinkan mereka untuk kembali ke respons fisiologis normal lebih cepat setelah stres bila dibandingkan dengan peserta yang tidak menerima instruksi penilaian kembali. 

FAKTOR KEPRIBADIAN PADA STRES

Tipe Kepribadian

- Tipe A : Orang yang sangat ambisius, sadar akan waktu, sanagt pekerja keras, dan cenderung memiliki tingkat permusuhan dan kemarahan yang tinggi serta mudah tersinggung. 

-Tipe B : Orang yang santai, kurang bersemangat, dan kompetitif dibandingkan Tipe A, dan lambat marah. 

-Tipe C : Orang yang menyenangkan tetapi tertekan, cenderung menginternalisasi kemarahan dan kecemasannya dan merasa sulit untuk mengeskpresikan emosi. Orang dengan Tipe C dapat meningkatkan kadar hormon stres yang berbahaya, melemahkan sistem kekebalan, dan memperlambat pemulihan. 

-Tipe H (kepribadian tangguh) : Orang yang tangguh memiliki rasa komitmen yang mendalam terhadap nilai, keyakinan, dan perasaan mereka, identitas, pekerjaan, dan kehidupan keluarga. Orang yang tangguh juga merasa bahwa mereka mengendalikan hidup mereka dan apa yang terjadi pada mereka. Orang yang tangguh cenderung menginterpretasikan peristiwa dalam penilaian utama secara berbeda. Ketika ada yang salah, mereka menganggapnya itu sebagai tantangan. 

Gaya Penjelasan

1. Orang Optimis : orang yang selalu cenderung mencari hasil yang positif. 

Menurut Seligman (2002) terdapat empat cara dimana optimisme dapat mempengaruhi berapa lama seseorang hidup. 

- Orang optimis cenderung mengembangkan ketidakberdayaan yang dipelajari, kecenderungan untuk berhenti berusaha mencapai tujuan yang telah dihalangi pada masa lalu.

- Orang optimis lebih cenderung menjaga kesehatannya daripada orang pesimis.

- Orang optimis jauh lebih kecil kemungkinannya daripada orang pesimis untuk mengalami depresi.

- Orang optimis memiliki sistem kekebalan yang berfungsi lebih efektif daripada orang pesimis, mungkin karena mereka mengalami lebih sedikit tekanan psikologis. 

2. Orang Pesimis : Orang yang cenderung mengarapkan yang terburuk terjadi. 

FAKTOR SOSIAL DAN BUDAYA PADA STRES

1. Kemiskinan

Kemiskinan dapat menimbulkan banyak kondisi yang meningkatkan derajat stres baik yang dialami oleh orang dewasa maupun anak-anak. Misalnya pada anak-anak yaitu peningkatan risiko kekurangan gizi, penyakit, dan kekerasan karena kondisi di mana mereka harus hidup. 

2. Stres Kerja

Sumber khas stres di tempat kerja termasuk beban kerja, kurangnya variasi atau kebermaknaan dalam pekerjaan, kurangnya kendali atas keputusan, jam kerja yang panjang, kondisi kerja fisik yang buruk, rasisme, seksisme, dan kurangnya keamanan kerja. 

Burnout dapat didefinisikan sebagi perubahan negatif dalam pikiran, emosi, dan perilaku sebagai akibat dari stres atau frustasi  yang berkepanjangan , yang mengakibatkan kelelahan mental dan fisik. 

3. Stres Akulturatif 

Stres akibat kebutuhan untuk mengubah dan menyesuaikan cara seseorang dengan budaya mayoritas. 

MENGATASI STRES

Strategi Coping adalah tindakan yang dapat dilakukan orang untuk mentolerir, mengurangi, atau meminimalkan efek dari stresor. 

1. Strategi Coping yang Berfokus Masalah : Strategi dengan cara mencoba menghilangkan sumber stres atau mengurangi dampaknya melalui tindakan langsung. 

2. Strategi Coping yang Berfokus pada Emosi : Strategi yang mengubah dampak stresor dengan mengubah reaksi emosional terhadap stresor. 

3. Meditasi : serangkaian latihan mental yang dimaksud untuk memfokuskan kembali perhatian dan mencapai kesadaran seperti trans. 

Meditasi Konsentrasi : Bentuk meditasi dimana seseorang menfokuskan pikiran pada beberapa rangsangan yang berulang atau tidak berubah sehingga pikiran dapat dibersihkan dari pikiran yang mengganggu dan tubuh dapat mengalami relaksasi. 

Dukungan Sosial Mempengaruhi Coping

Sistem dukungan sosial adalah jaringan keluarga, teman, tetangga, rekan kerja, dan orang lain yang dapat menawarkan dukungan, kenyamanan, atau bantuan kepada orang yang membutuhkan. Bnatuan itu dapat berupa nasihat, dukungan fisik atau koneter, informasi, dukungan emosional, cinta dan kasih sayang, atau persahabatan, 

Budaya Mempengaruhi Coping

Budaya merupakan faktor penting dalam jenis strategi penanggulangan yang dapat diadopsi oleh individu dan bahkan dalam menentukan tingkat stres yang dialami. Maka, profesional kesehatan metal harus berusaha untuk memasukkan penilaian latar belakang budaya seseorang serta keadaan langsung saat menghadapi masalah penyesuaian akibat stres.

Agama Mempengaruhi Coping

Keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi juga bisa menjadi sumber kenyamanan yang besar di saat stres. Ada beberapa cara keyakinan agama dapat mempengaruhi tingkat stres yang dialami orang dan kemampuan untuk mengatasi stres tersebut. Ada orang yang memiliki keyakinan kuat menjadi anggota organisasi keagamaan dan menghadiri acara keagamaan sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam perjuangannya. Selain itu, orang juga mengatasinya dengan melakukan ritual dan ritus yang dapat membantu seseorang merasa lebih baik tentang kelemahan pribadi, kegagalan, atau perasaan tidak mampu. 

NOTE : BERPIKIR POSITIF!!


Contoh pada kehidupan sehari-hari :

1. Saya merantau kuliah dari Sumatra ke Jawa sehingga saya dituntut untuk beradaptasi dengan baik di lingkungan perkuliahan saya sehingga saya merasa stres, tetapi ini baik untuk cara adaptasi saya dengan lingkungan. 

2. Saya merasa stres dikarenakan saya memiliki tugas yang belum saya selesaikan ditambah lagi dengan tugas-tugas saya di organisasi sehingga saya merasakan pusing di kepala saya. 

3. Ketika saya bingung dalam melanjutkan pendidikan selanjutnya. Yang satu yaitu perguruan tinggi negeri dengan jurusan yang saya inginkan dan dengan biaya yang mahal. Dan satunya lagi yaitu pendidikan ikatan dinas dengan jurusan yang tidak diinginkan tetapi dengan biaya yang murah. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi Humanistik

Gangguan Psikologis

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI MODERN