LEARNING

 

PENGERTIAN BELAJAR

Belajar adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen disebabkan oleh pengalaman atau praktik. Maksud dari relatif permanen yaitu ketika orang mempelajari sesuatu, beberapa bagian otak mereka secara fisik diubah untuk merekam apa yang telah mereka pelajari (Farmer et al., 2013; Loftus & Loftus, 1980).

CLASSICAL CONDITIONING

Classical conditioning adalah belajar terdiri dari proses suatu stimulus atau rangsangan yang mulanya bersifat netral atau tidak memunculkan respon, kemudian diasosiasikan dengan stimulus yang lainnya sehingga dapat menimbulkan respons.

EKSPERIMEN IVAN PAVLOV TENTANG TEORI CLASSICAL CONDITIONING

Source : https://www.vecteezy.com/vector-art/7386977-classical-conditioning-or-pavlovian-or-respondent-conditioning-for-learning-new-stimulus 

Seorang psikolog dari Rusia Bernama Ivan Pavlov tertarik untuk melihat tubuh dalam mencerna makanan.

Melakukan eksperimen terhadap anjing dengan cara memberikan memberikan bubuk daging ke mulut seekor anjing, kemudian anjing tersebut mengeluarkan air liurnya. Air liur ini merupakan bentuk dari respons dari rangsangan yang diberikan kepada anjing tersebut.

Kemudian dia memberikan eksperimen kembali yaitu dengan memasang selang pada kelenjar liurnya untuk mengukur jumlah produksi air liur anjing tersebut. Kemudian ia membunyikan sebuah bel, lalu setelah itu ia memberikan makanan kepada anjing tersebut. Pada awalnya, anjing akan mengeluarkan air liur saat makanan telah dikeluarkan. Namun, setelahnya ia mengeluarkan air liur ketika mendengar suara bel. Bahkan setelah Pavlov berhenti memberikan makanan, anjing tersebut masih mengeluarkan air liur setelah mendengar suara bel. Anjing tersebut telah mengalami pengkondisian klasik karena merupakan asosiasi antara penglihatan dan pendengaran.

ELEMEN PENGKONDISIAN KLASIK

UNCONDITIONED STIMULUS (stimulus tak bersyarat), ini merupakan stimulus yang menghasilkan respon yang tidak disadari. Dalam eksperimen Pavlov, makanan adalah unconditioned stimulus.

UNCONDITIONED RESPONSE (RESPON TAK TERKONDISI), merupakan respons otomatis dan tidak sengaja terhadap stimulus tak terkondisi. Dalam eksperimen Pavlov, air liur yang disebabkan makanan disebut UCR.

CONDITIONED STIMULUS, merupakan suatu benda, peristiwa atau pengalaman yang tidak menimbulkan respon tak bersyarat pada permulaannya. Disebut juga rangsangan ini netral. Rangsangan ini berpasangan dengan rangsangan tak bersyarat. Contohnya suara bel yang berbunyi beberapa detik sebelum anjing memakan makanannya. Maka suara bel tersebut dinamakan dengan rangsangan netral karena tidak menimbulkan anjing mengeluarkan air liurnya.

CONDITIONED RESPONSE (respon  bersyarat), rangsangan netral akan memancing respons yang sama dengan respons tak bersyarat. Respons ini lebih ringan dan tak selengkap respons tak bersyarat. Contohnya, ketika suara bel berbunyi maka itu sudah akan menimbulkan keluarnya air liur.

PRINSIP TEORI CLASSICAL CONDITIONNING

AKUISISI

Pembalajaran yang meliputi sebuah rangsangan netral yang diasosiasikan dengan UCS, dan menjadi rangsangan yang terkondisi (CS) yang menghasilkan CR.

Beberapa prinsip dasar pada proses pengkondisian klasik :

CS harus mendahului UCS

CS dan UCS harus sangat berdekatan dalam waktu.

NS harus dipasangkan dengan UCS beberapa kali.

CS biasanya berupa rangsangan yang khas atau menonjol dari rangsangan lainnya, misalnya rangsangan lain memiliki suara yang lebih keras.

GENERALISASI STIMULUS DAN DISKRIMINASI

Kecenderungan untuk menanggapi stimulus yang mirip dengan stimulus terkondisi asli. Contohnya, ketika kita bereaksi dengan cemas terhadp suara bor dokter gigi sehingga akan bereaksi dengan sedikit kecemasan terhadap mesin yang terdengar serupa, seperti penggiling kopi listrik.

Diskrimasi stimulus : diskriminasi rangsangan terjadi ketika suatu organisme belajar untuk menanggapi rangsangan yang berbeda dengan cara yang berbeda. Contohnya, ketika mendengar suara bor dokter gigi kita akan bereaksi cemas tetapi setelah beberapa kali mendengar suara tersebut maka tidak akan lagi menimbulkan kecemasan.

KEPUNAHAN DAN PEMULIHAN SPONTAN

Ketika anjing tidak diberikan makanan sama sekali. Maka kepunahan terjadi saat melemahnya respons yang dikondisikan disebabkan oleh hilangnya rangsangan yang tidak dikondisikan. Ketika tiba-tiba anjing diberi daging kembali maka ia akan mengeluarkan air liurnya kembali. Ini disebut dengan pemulihan spontan. Pemulihan spontan adalah proses pengkodisian klasik saat respons yang dikondisikan kembali dapat dapat muncul setelah ada jeda waktu beberapa saat tanpa dilakukannya pengkondisian lebih lanjut.

OPERANT CONDITIONING

Operant conditioning adalah pembelajaran yang diterapkan pada perilaku sukarela.

Kotak Puzzle Thorndike dan Law of Effect

Pada eksperimennya, Thorndike menempatkan seekor kucing pada kotak puzzle, kotak ini memiliki jalan keluar dengan cara menekan tuas yang terletak di lantai kotak. Kemudian Thorndike menaruh sepiring makanan diluar kotak, sehingga kucing termotivasi untuk keluar. Thorndike mengamati  bahwa kucing tersebut bergerak disekitar kotak, kucing ini mendorong dan bergesekan dengn dinding untuk melarikan diri. Akhirnya, kucing mendorong tuas dengan giginya, sehingga terbukalah pintu tersebut. Saat keluar pun, kucing makan dari piring yang sudah disiapkan diluar kotak tadi. Tuas adalah stimulus, dorongan tuas adalah respon, dan konsekuensinya adalah melarikan diri dan makanan.

Berdasarkan penelitian ini, Thorndike mengembangkan law of effect yang berbunyi “Jika suatu Tindakan diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, maka tindakan itu akan cenderung diulang. Jika suatu tindakan diikuti oleh konsekuensi yang tidak menyenangkan, maka tindakan tersebut cenderung tidak akan diulangi.”

SKINNER : PERILAKU BEHAVIORIS

Jadi perilaku sukarela bagi Skinner adalah perilaku operan dan mempelajari perilaku semacam itu adalah pengondisian operan. Inti dari pengondisian operan adalah efek konsekuensi pada perilaku.

Jika melihat penelitian kotak puzzle Thorndike, bahwa keluarnya kucing dari kotak dan makanan yang diterima kucing merupakan penguatan dari respons dorongan tuas. Dalam pandangan Skinner, penguatan adalah alasan kucing itu belajar untuk keluar dari kotak tersebut.

Skinner memiliki alat penelitiannya sendiri yang disebut dengan Skinner’s Box atau kotak operant conditioning. Skinner membagi jenis penguatan berdasarkan kepentingannya menjadi dua :

PENGUATAN UTAMA (PRIMER) : penguatan yang memenuhi kebutuhan dasar kita, seperti rasa lapar. Contohnya, seseorang memberikan permen kepada anak kecil sebagai hadiah, segala jenis makanan (dorongan lapar), caoran (dorongan haus), atau sentuhan (dorongan kenikmatan).

PENGUATAN SEKUNDER : penguatan ini berkaitan dengan property yang kita dapatkan, seperti uang. Contohnya, seseorang yang diberi uang untuk dibelanjakan mainan kemudian dia menyadari bahwa kertas itu dapat ditukar dengan permen sehingga uang menjadi penguat dengan sendirinya.

Skinner juga membagi jenis penguatanya berdasarkan konsekuensi yang diberikan :

PENGUATAN POSITIF : suatu konsekuensi diberikan diikuti dengan hadiah, sehingga kemunkinan perilaku terulang semakin besar. Penguatan ini memberikan pengalaman dari konsekuensi menyenangkan. Contohnya, ketika seseorang mendapatkan gaji setelah bekerja.

PENGUATAN NEGATIF : suatu konsekuensi diberikan dengan menghilangkan sesuatu yang tidak menyenangkan juga akan meningkatkan kemungkinan perilaku terulang. Contohnya, seorang akan kecanduan untuk mengonsumsi obat yang dapat menghilangkan rasa sakit.

HUKUMAN : Suatu konsekuensi yang diterima untuk mengurangi respons di masa mendatang. Hukuman untuk melemahkan respons, sedangkan penguatan ditunjukkan untuk menguatkan respons. Hukuman berkaitan dengan segala sesuatu yang tidak menyenangkan. Ada 2 jenis hukuman, yaitu :

HUKUMAN DENGAN PENERAPAN : terjadi ketika sesuatu yang tidak menyenangkan ditambahkan pada situasi atau diterapkan.  Contohnya, memukul anak jika tidak patuh pada orang tua.

HUKUMAN DENGAN PENGHAPUSAN : jenis hukuman yang menghilangkan perilaku menyenangkan setelah perilaku tersebut. Contohnya, mendenda seseorang yang melanggar hukum.

Operant Conditioning bisa digunakan untuk memodifikasi perilaku. Ada beberapa alat yang digunakan untuk memodifikasi perilaku, yaitu sebagai berikut :

PROSES TIME OUT : sebagai bentuk hukuman yang ringan dengan cara menghapus perilaku yang kurang pantas.

Applied Behavior Analysis (ABA) : digunakan untuk menganalisis perilaku sekarang dan teknik berperilaku untuk mengatasi masalah sosial secara relevan.

 

COGNITIVE LEARNING THEORY

Tolman’s Maze-Running Rats: Latent Learning

Pada eksperimen Tolman melibatkan tiga kelompok tikus labirin yang sama selama 10 hari percobaan. Pada tikus yang ada di kelompok pertama, ditempatkan dilabirin dan diperkuat dengan makanan untuk keluar dari sisi lain. Kelompok tikus kedua diperlakukan persis seperti yang pertama, tetapi mereka tidak pernah menerima penguatan saat keluar dari labirin. Tikus kelompok ketiga, yang berfungsi sebagai kelompok control yang tidak dipaksa dan tidak diberi penguatan selama percobaan berlangsung. Tolman menyimpulkan bahwa tikus di kelompok kedua, telah belajar di mana semua jalan buntu, salah belokan, dan jalur yang benar disimpan dan disimpan sebagai semcam “mental map” atau peta kognitif tata letak fisik labirin. Tolman menyebut ini dengan latent learning. Jadi belajar dapat terjadi tanpa penguatan dan kemudian memengaruhi perilaku bukanlah sesuatu yang dapat dijelaskan oleh pengkondisian operan tradisional.

Köhler’s Smart Chimp: Insight Learning

 Kohler dalam studinya yang paling terkenal, dia membuat eksperimen dengan salah satu Simpanse. Kohler memberikan sebuah pisang pada simpanse yang letaknya jauh dari kandang tersebut. kemudian diberikan juga satu buah tongkat. Pada eksperimen ini, simpanse pun mengambil buah pisang tersebut dengan tongkat tadi. 

Kemudian Kohler melakukan eksperimen yang kedua, tetapi eksperimen ini dilakukan lebih sulit. Pisang diletakkan lebih jauh dari si simpanse. Kemudian Kohler juga memberikan dua tongkat kepada Simpanse tersebut. Kemudian simpanse mencoba menggunakan satu tongkat tetapi ternyata pisangnya terlalu jauh. Setelah 1 jam, simpanse tersebut mendapatkan inspirasi yaitu dengan mendorong 1 tongkat, lalu tongkat kedua mendrong tongkat pertama tadi, tetapi saat dia mau menarik kembali tongkat tersebut hanya tongkat yang ia genggam yang kembali. Kemudian Kohler memberikan kedua tongkat tersebut dan mengamatinya dengan hati-hati. Simpanse tersebut mendapatkan insight yaitu dengan menyambungkan kedua tongkat tersebut dan kemudian ia berhasil meraih pisang tersebut. 

Kohler menyimpulkan bahwa wawasan tidak dapat diperoleh melalui pembelajaran coba-coba saja tetapi membutuhkan penyatuan antar elemen masalah.

Seligman’s Depressed Dogs: Learned Helplessness

Seligman dan teman-temannya melakukan eksperimen pengkondisian klasik pada anjing. Mereka menemukan fenomena yang disebut dengan "ketidakberdayaan" (helplessness). Helplessness ini merupakan kecenderungan untuk gagal melarikan diri dari suatu situasi karena memiliki riwayat kegagalan yang berulang-ulang dimasa lalu. 

Pada eksperimen ini, kelompok anjing dimasukkan ke dalam kotak dengan pagar rendah yang terbagi menjadi 2 bagian kotak. Kemudian didatangkan  nada dengan sengatan listrik yang tidak berbahaya, tetapi membuat shock para kelompok anjing tersebut. Kelompok anjing yang sudah pernah mendengarkan nada setruman ini bisa saja dia melompat dari kotak tersebut, ketika nada dibunyikan. Akan  tetapi, kelompok anjing ini malah diam saja di kotak tersebut. Ini terjadi karena kelompok anjing sudah belajar dalam situasi nada sentruman bahwa jika terdapat bunyi tersebut mereka tidak akan bisa melakukan apapun untuk menghindari keterkejutan tersebut. 

Pada eksperimen ini berkaitan dengan perilaku orang yang depresi. Depresi merupakan salah satu ketidakberdayaan. Orang yang depresi bisa saja sudah belajar melalui pengalaman masa lalu bahwa mereka tidak punya kendali dengan apa yang terjadi, sehingga mereka pasrah tanpa melakukan apapun, seperti kelompok anjing tersebut. 

OBSERVATIONAL LEARNING 

Observational learning adalah suatu pembelajaran perilaku yang dilakukan dengan melihat atau menonton suatu tindakan model yang diberikan, perilaku pada model ini bisa saja diinginkan maupun tidak diinginkan oleh pengamat. Observational learning berisikan proses tiru-meniru yang dapat menimbulkan kemampuan, cara, dan kepercayaan pada suatu individu. Observational learning ini juga menggunakan waktu yang lebih sedikit daripada learning yang lainnya. 

Eksperimen Albert Bandura 

Bandura melakukan eksperimen kepada anak-anak prasekolah menggunakan boneka bobo. Jadi pada anak-anak ini akan disuruh masuk ke ruangan yang masing-masing ruangannya terdapat model. Pada ruangan pertama, model akan berinteraksi dengan boneka bobo secara agresif, sedangkan pada ruangan kedua model akan berinteraksi dengan boneka bobo secara lembut atau tidak agresif. Kemudian disaat model keluar dari ruangan, maka sang anak yang berada di ruangan pertama akan melakukan tindakan yang agresif terhadap boneka bobo, dan pada anak di ruangan kedua akan melakukan tindakan yang lembut pada boneka tersebut. 

Selanjutnya Bandura melakukan eksperimen lebih lanjut lagi yaitu dengan memberikan konsekuensi. Pada ruangan pertama, model yang berperilaku agresif terhadap boneka bobo akan mendapat hadiah, sedangkan pada ruangan kedua model yang berperilaku agresif akan mendapat hukuman. Pada hasil penelitian, anak di ruangan pertama akan berperilaku agresif terhadap boneka bobo dan anak di ruangan kedua tidak berperilaku agresif. Sehingga bandura pun menawarkan hadiah agar anak yang ada pada ruangan kedua berperilaku agresif terhadap boneka bobo tersebut. Ini dapat disimpulkan bahwa konsekuensi memiliki pengaruh terhadap motivasi seseorang dalam mencontoh atau meniru sesuatu. 

Unsur-Unsur Observational Learning

1. Attention : hal yang membuat seseorang akan menaruh perhatian pada sesuatu.

2. Retention : memproses ulang apa yang seseorang itu peroleh

3. Production : seseorang dapat mengingat tapi akan kesusahan dalam meniru aktivitas motoriknya.

4. Motivation : berupa pengaruh yang dapat membuat seseorang melakukan sesuatu.


CONTOH KASUS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI :

1. Terdapat anak TK yang sedang melakukan pembelajaran, kemudian sang guru berkata "jika ada yang bisa menjawab pertanyaan dari ibu guru akan mendapatkan 1 bintang dan  yang mendapatkan bintang paling banyak akan mendapatkan hadiah". Kemudian saat pembelajaran dimulai,  terdapat seorang anak yang mendapat hadiah barbie karena sering menjawab pertanyaan dan mendapatkan bintang paling banyak. Anak inilah yang membuat teman-temannya berlomba mendapatkan bintang tersebut agar mendapat hadiah. (Observational Learning)

2. Terdapat AC yang memberikan kita rasa nyaman, adem, dan tidak kegerahan jika kita berada didekat AC. Kemudian terdapat ruangan kosong yang memberikan kita perasaan biasa-biasa saja terhadap ruangan tersebut. Jika ruangan diberi AC, maka kita akan lebih nyaman, adem, dan tidak kegerahan dalam ruangan tersebut. Sehingga, jika kita kembali ke dalam ruangan itu, maka sudah tertanam dalam pikiran kita, bahwa dalam ruangan itu kita akan merasakan nyaman, adem, dan tidak kegerahan. (Classical conditioning)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi Humanistik

Gangguan Psikologis

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI MODERN