PENGARUH DARWIN & TUMBUHNYA TES MENTAL

Dosen Pengampu : Ibu Amatul Firdausa Nasa, M.Psi, Psikolog

Saya Zira Ajeng Ervianza dengan No.BP 2210322050, kelas A, pada pertemuan ke-10 kita  akan membahas mengenai Pengaruh Darwin dan Tumbuhnya Tes Mental.


 TEORI EVOLUSI SEBELUM DARWIN

Pendapat bahwa bumi dan organisme hidup berubah secara sistematis dari waktu ke waktu sudah ada sejak awal mula Yunani. Melalui itu orang Yunani mengembangkan teori evolusi tetapi saat itu belum sempurna. Akan tetapi, teori evolusi tidak berkembang sepenuhnya karena Plato dan Aristoteles tidak percaya pada evolusi. Namun pada abad ke-18, beberapa individu terkemuka menyuarakan kembali teori evolusi, termausk kakek Charles Darwin, yaitu Erasmus Darwin (1731-1802), yang percaya bahwa satu spesies secara bertahap dapat berubah menjadi spesies lain. Berikut beberapa tokoh teori evolusi sebelum Darwin :

1. Jean Lamarck

Seorang naturalis Prancis yang menyuarakan tentang mekanisme teori evolusi. Dia mencatat bahwa fosil dari berbagai spesies menunjukkan bahwa bentuk awal berbeda dari bentuk yang sekarang, oleh karena itu spesies akan berubah seiring waktu. Lamarck menyimpulkan bahwa perubahan lingkungan bertanggung jawab atas perubahan struktural pada tumbuhan dan hewan yang disebut dengan teori Lamarck yaitu warisan dari karakteristik yang didapat. Lamarck menjelaskan bahwa spesies dewasa yang tidak cukup menyesuaikan diri dengan lingkungannya tidak akan bertahan dan tidak akan menghasilkan keturunan. Dengan cara inilah, karakteristik suatu spesies akan berubah seiring dengan perubahan sifat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Inilah yang nantinya akan disebut transmutasi spesies.

2. Herbert Spencer (1820-1903)

Herbert Spencer lahir di kota industri Derby, Inggris, yang diajari pertama kali oleh ayahnya, kepala sekolah, dan kemudian pamannya. Ketertarikan Spencer pada psikologi dan teori evolusi berasal sepenuhnya dari buku yang dia baca selama ini. Salah satu buku yang sangat berpengaruh adalah buku John Stuart Mill "Sistem Logika" (1843/1893). Walaupun semasa hidupnya Spencer tidak mengenyam pendidikan tetapi dia meningkatkan itu didalam kelompok kecil intelektual yang berteman dengannya. Kelompok itu terdiri dari Thomas Huxley (segera menjadi pembela umum teori evolusi Darwin), George Henry Lewes (sesama jurnalis yang minatnya luas termasuk akting, menulis biografi, dan sains), dan Mary Ann Evans (juga sesama jurnalis, dikenal sebagai George Eliot).

PANDANGAN SPENCER TENTANG EVOLUSI

 Sebagai pengikut awal Lamarck , Spencer mengambil gagasan evolusi dan menerapkannya tidak hanya pada hewan tetapi juga pada pikiran manusia dan masyarakat. Menurut Spencer, semuanya dimulai dari kesatuan yang tidak terdiferensiasi lalu melalui evolusi terjadilah diferensiasi sehingga sistem menjadi semakin kompleks. Pendapat ini juga berlaku pada sistem saraf manusia karena kita memiliki sistem saraf yang kompleks yang memungkinkan kita membuat lebih banyak melakukan asosiasi. Sistem saraf kita yang sangat kompleks memungkinkan kita membuat rekaman peristiwa neurofisiologis (dan mental) yang akurat di lingkungan kita, dan kemampuan ini kondusif untuk kelangsungan hidup. Pendapat mengenai frekuensi atau peluang beberapa perilaku meningkat jika diikuti oleh peristiwa yang menyenangkan dan menurun jika diikuti oleh peristiwa yang menyakitkan, prinsip ini disebut sebagai Prinsip Spencer-Bain. 

Teori Spencer adalah perpaduan antara empirisme, asosiasiisme, dan nativisme, karena dia percaya bahwa asosiasi yang diperoleh dari pengalaman diturunkan ke keturunannya. Oleh karena itu, Spencer adalah seorang asosiasiis, tetapi untuk asosiasiisme ia menambahkan teori evolusi Lamarck. Dia menyatakan bahwa asosiasi yang sering digunakan diturunkan kepada keturunan sebagai naluri atau refleks.

DARWINISME SOSIAL

Ada perbedaan mendasar antar Spencer dan Darwin dalam cara mereka memandang evolusi. Evolusi untuk Spencer berarti kemajuan. Pada evolusi tersebut memiliki tujuan yaitu mekanisme dimana kesempurnaan diperkirakan. Seperti yang dilihat Spencer, manusia dalam masyarakat itu seperti hewan lain di lingkungan alaminya, mereka  berjuang untuk bertahan hidup, dan hanya yang bisa beradaptasi dengan baik yang paling mampu bertahan. Menurut Spencer, jika prinsip evolusi dibiarkan beroperasi secara bebas, semua organisme hidup akan mendekati kesempurnaan, termasuk manusia. Kebijakan terbaik yang harus diikuti oleh pemerintah adalah kebijakan laissezfaire yang memberikan persaingan bebas di antara warganya. Menariknya, Spencer hanya menentang program pemerintah untuk membantu yang lemah dan miskin. Ide Spencer ini cocok dengan Kapitalisme dan Individualisme di AS.

 3. Charles Darwin (1809-1882)

Charles Darwin lahir pada 12 Februari di Shrewbury, Inggris, pada tahun yang sama saat Lamarck menerbitkan bukunya yang menjelaskan pewarisan karakteristik yang diperoleh. Charles Darwin menerima pendidikan di rumah. Di luar itu, Darwin menghabiskan sebagian besar waktunya mengumpulkan dan mengklasifikasikan tumbuhan, cangkang, dan mineral. Pada usia 16 tahun Darwin sekolah kedokteran di Universitas Edinburgh, lalu dia dipindahkan ke Universitas Cambridge untuk menjadi pendeta Anglikan. Karena kecintaan Darwin pada entomologi, dia melakukan ekspedisi geologi ke Wales yang dipimpin oleh Adam Sedgwick, seorang profesor geologi dari Cambridge. Dia juga berteman dengan ahli botani yaitu John Heslow, yang berkat Heslow, Darwin dapat mengikuti ekspedisi perjalanan Beagle (Anjing Pemburu). 

PERJALANAN DARI BEAGLE

 Darwin mendaftar sebagai naturalis yang tidak dibayar di atas kapal Beagle, yang dikirim oleh pemerintah Inggris. Ada beberapa fakta yang tidak biasa tentang perjalanan ini. Yaitu kapten kapal Beagle, Robert Fitz-Roy, yang merupakan seorang yang sangat percaya pada kisah penciptaan dalam Genesis, menginginkan seorang naturalis untuk ikut serta sehingga bukti dapat dikumpulkan (menyangkal gagasan evolusi). Lalu Darwin sendiri memulai perjalanannya sebagai orang yang percaya pada penjelasan alkitabiah tentang penciptaan (Monte,1975). Lalu hampir juga mengubah jalannya sejarah karena Kapten FitzRoy menerima fisiognomi, dan dia hampir menolak Darwin sebagai Beagle Naturalis karena bentuk hidung Darwin. 

Perjalanan dari Beagle dimulai pada 27 Desember 1831, dari Plymouth, Inggris. Pertama-tama pergi ke Amerika Selatan, tempat Darwin mempelajari organisme laut, fosil, dan suku Indian. Kemudian, pada musim gugur tahun 1835, Beagle berhenti di Kepulauan Galapagos, tempat Darwin mempelajari kura-kura besar, kadal, singa laut, dan 13 spesies finch. Yang menarik adalah pengamatannya bahwa kura-kura, tumbuhan, serangga, dan organisme lain agak berbeda dari pulau ke pulau, bahkan ketika pulau-pulau dipisahkan oleh jarak yang relatif pendek. Pada bulan Oktober 1836, Darwin tiba kembali di Inggris, di mana dia bekerja mengklasifikasikan koleksi spesimennya yang sangat banyak.

KEMBALI KE INGGRIS

 Pengamatan Darwin terputus-putus untuk menyatukannya, ia butuh prinsip yang ditemukan di karya Thomas Malthus, "Esai tentang kependudukan". Dia menyimpulkan bahwa persediaan makanan dan ukuran populasi tetap seimbang oleh peristiwa-peristiwa seperti perang, kelaparan, dan penyakit. Darwin memperindah konsep Malthus dan menerapkannya pada hewan dan tumbuhan selain manusia. Pada Januari 1839, Darwin menikah dengan sepupunya Emma Wedgewood, yang akhirnya memiliki sepuluh anak dan pada waktu itu Darwin mulai mengalami masalah kesehatan serius yang mewabahinya selama 30 tahun berikutnya. Pada suatu waktu ia mengalami sakit lambung yang parah, jantung berdebar-debar, kecemasan akut, depresi, tangisan histeris, dan berbagai kelainan kulit. Kebanyakan ahli setuju bahwa penyakit Darwin bersifat psikosomatis.  Karena masalah tersebut, Darwin menunda penerbitan karyanya teori evolusi selama lebih dari 20 tahun.  Pada Juni 1858, Darwin menerima surat dari Alfred Russell Wallace yang berisi tentang teori evolusi yang hamper mirip dengan teori Darwin. Charles Lyell, ahli geologi evolusioner, meninjau gagasan Wallace maupun Darwin dan menyarankan agar karya Wallace dan karya Darwin untuk dibaca di Linnaean Society pada hari yang sama dan kedua penulis tidak hadir. Buku pembuatan zaman Darwin Tentang Asal-usul Spesies dengan Cara Seleksi Alam ( 1859) diterbitkan dua bulan kemudian. Karena banyaknya data yang dikumpulkan Darwin dan ketelitian karyanya, kami mengatribusikan teori itu kepadanya dan bukan Wallace.

TEORI EVOLUSI DARWIN

 Kapasitas reproduksi semua organisme hidup memungkinkan lebih banyak keturunan daripada yang dapat bertahan dalam lingkungan tertentu, oleh karena itu ada yang namanya berjuang untuk bertahan hidup. Di antara keturunan spesies apa pun terdapat perbedaan individu yang besar, beberapa di antaranya lebih kondusif untuk bertahan hidup daripada yang lain. Ini menghasilkan survival of the fittest (istilah yang dipinjam Darwin dari Spencer). Misalnya, jika ada kekurangan makanan di lingkungan jerapah, hanya jerapah dengan leher yang cukup panjang untuk mencapai sedikit daun yang tersisa di pohon tinggi yang akan bertahan dan berkembang biak. Maka seleksi alam terjadi di antara keturunan suatu spesies. 

Darwin mendefinisikan kebugaran sebagai kemampuan organisme untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Kebugaran ditentukan oleh ciri-ciri organisme dan lingkungannya. Fitur yang memungkinkan penyesuaian yang memadai pada lingkungan organisme disebut adaptif. Fitur adaptif adalah fitur yang kondusif untuk kelangsungan hidup di lingkungan tertentu. Ketika lingkungan berubah, fitur yang adaptif juga berubah, dan itu berlangsung selamanya.

Di Buku "Tentang Asal-usul Spesies", Darwin sangat sedikit berbicara tentang manusia, tetapi kemudian Buku "The Descent of Man" (1871, direvisi pada 1874/1998) ia menyatakan bahwa manusia juga merupakan produk evolusi. Baik manusia maupun kera besar merupakan keturunan dari nenek moyang primata yang sama dan jauh.

Dari buku-buku Darwin, yang paling berhubungan langsung dengan psikologi adalah "Ekspresi Emosi pada Manusia dan Hewan" (1872/1998), di mana ia menyatakan bahwa emosi manusia adalah sisa-sisa emosi hewan yang dulunya diperlukan untuk kelangsungan hidup. Darwin juga mencatat bahwa ekspresi emosi manusia secara budaya bersifat universal. Dengan mengamati ciri-ciri wajah seseorang di mana pun dia berada, seseorang dapat menentukan apakah orang tersebut sedang mengalami kegembiraan, kesedihan, kemarahan, kesedihan, atau emosi lainnya. Darwin juga memengaruhi psikologi selanjutnya ketika ia mengamati perkembangan putra pertamanya, William (lahir 1839) dengan cermat. Dia mencatat ketika berbagai refleks dan kemampuan motorik pertama kali muncul serta berbagai kemampuan belajar.

PENGARUH DARWIN

 Teori Darwin adalah revolusioner karena mengubah pandangan tradisional tentang sifat manusia dan mengubah sejarah filsafat dan psikologi. Topik populer dalam psikologi kontemporer dengan jelas mengungkapkan pengaruh Darwinian yang kuat yaitu psikologi perkembangan, psikologi hewan, psikologi komparatif, psikologi pembelajaran, tes dan pengukuran, emosi, genetika perilaku, psikologi abnormal, dan berbagai topik lain di bawah judul psikologi terapan. Teori evolusi Darwin memainkan peran penting dalam perkembangan sekolah fungsionalisme dan behaviorisme. 

Pengaruh Darwin tidak selamanya positif, ada beberapa kepercayaan yang sangat dipertanyakan atau salah, contohnya yaitu :

(1) Orang primitif kontemporer adalah penghubung antara primata dan manusia modern (yaitu, orang Eropa) dan, oleh karena itu lebih rendah;

(2) Wanita secara intelektual lebih rendah dari pria; 

(3) “Darwinian Sosial” memiliki beberapa manfaat; 

(4) Kebiasaan lama menjadi naluri yang diwariskan. Dengan kata lain, dalam menjelaskan perbedaan budaya di antara manusia, Darwin menerima teori Lamarck.

Pada tahun 1975 Edward Wilson menerbitkan Sosiobiologi yaitu Sintesis Baru, yang mencoba menjelaskan perilaku sosial organisme, termasuk manusia, dalam istilah teori evolusi. Dengan memodifikasi definisi kesesuaian Darwin dari kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi individu  menjadi kelestarian gen seseorang sehingga sosiobiologi dapat menjelaskan beragam perilaku sosial manusia. Apa yang disebut Wilson sebagai sosiobiologi sekarang disebut psikologi evolusi dan sangat populer dalam psikologi kontemporer. Ide-ide Darwin pada akhirnya melahirkan sesuatu yang unik yaitu jenis psikologi yang ada di AS dimana terdapat psikologi yang menekankan perbedaan individu dan ukurannya, nilai adaptif dari pikiran dan perilaku, dan studi tentang perilaku hewan.


4. Sir Francis Galton (1822-1911)

Galton lahir dekat Birmingham, Inggris, pada 16 Februari, bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya adalah seorang bankir kaya dan ibunya adalah saudara tiri ayah Charles Darwin. Menerima pendidikan awalnya di rumah, Galton dapat membaca dan menulis pada usia 2,5 tahun. Pada usia 5 tahun ia dapat membaca buku apa pun yang ditulis dalam bahasa Inggris, dan pada usia 7 tahun ia membaca penulis seperti Shakespeare untuk kesenangan. murid. Pada usia 16 tahun dia dikeluarkan dari sekolah asrama dan dikirim ke Rumah Sakit Umum Birmingham untuk belajar kedokteran lalu dia dipindahkan ke King's College di London. Dia kemudian pindah ke Universitas Cambridge tempat dia memperoleh gelarnya.

PENGUKURAN KECERDASAN

 Galton berasumsi bahwa kecerdasan adalah masalah ketajaman sensorik karena manusia hanya dapat mengetahui dunia melalui indera. Jadi, semakin tajam inderanya, semakin cerdas seseorang. Jadi, karena ketajaman sensorik terutama merupakan fungsi dari kemampuan alami, maka kecerdasan diturunkan. Dan jika kecerdasan diwariskan, seperti yang diasumsikan Galton, orang akan berharap kecerdasan dijalankan dalam keluarga.

EGENETIKA

Dia menyebut perbaikan organisme hidup melalui pembiakan selektif genetika. Dimana kecerdasan umum suatu bangsa dapat ditingkatkan dengan mendorong perkawinan orang-orang cerdas dan mencegah perkawinan orang-orang yang kurang cerdas. Pada tahun 1865, Galton mengusulkan agar pasangan dipasangkan secara ilmiah dan agar pemerintah membayar mereka yang memiliki karakteristik yang diinginkan untuk menikah.

KONTROVERSI PEMELIHARAAN ALAM

Bahwa potensi karena kecerdasan yang tinggi diwariskan tetapi itu harus dipelihara oleh lingkungan yang tepat. Galton (1874) dengan jelas menyatakan kontroversi pemeliharaan alam, yang masih menjadi fokus banyak perhatian dalam psikologi modern yaitu mengenai nature dan nurture. Nature adalah semua yang dibawa oleh manusia ke dunia sedangkan nurture adalah setiap pengaruh yang mempengaruhinya setelah dia lahir.

Di buku berikutnya, Pertanyaan tentang Fakultas Manusia dan Perkembangannya ( 1883), Galton selanjutnya mendukung posisi dasar nativistiknya dengan mempelajari anak kembar. Dia menemukan kembar monozigot (satu telur) sangat mirip satu sama lain bahkan ketika mereka dibesarkan secara terpisah dan menemukan kembar dizygotic (bertelur dua) menjadi berbeda bahkan ketika mereka dibesarkan bersama. Mengikuti arahan Galton, mempelajari anak kembar menjadi sangat populer untuk menentukan pengaruh relatif alam dan kecerdasan.

TES ASOSIASI KATA

 Galton merancang tes asosiasi kata psikologi yang pertama. Dia menulis 75 kata, masing-masing di selembar kertas terpisah. Kemudian dia melihat ke setiap kata dan mencatat jawabannya di selembar kertas lain. Dia membaca 75 kata pada empat kesempatan berbeda, mengacak kata setiap kali. Ada tiga hal yang mengejutkan Galton tentang penelitian ini, yaitu :

1. Tanggapan terhadap kata-kata stimulus cenderung konstan, dia sangat sering memberikan respon yang sama untuk sebuah kata selama empat kali dia mengalaminya.

2. Tanggapannya sering kali diambil dari pengalaman masa kecilnya.

3. Dia merasa bahwa prosedur seperti itu mengungkapkan aspek-aspek pikiran yang tidak pernah diungkapkan sebelumnya.

Karya Galton dengan asosiasi kata mengantisipasi dua aspek psikoanalisis: penggunaan asosiasi bebas dan pengakuan motivasi bawah sadar.

CITRA MENTAL

 Galton merupakan orang pertama yang mempelajari citra. Dia melaporkan hasil dari meminta orang untuk membayangkan pemandangan itu saat mereka duduk untuk sarapan. Dia menemukan bahwa kemampuan untuk berimajinasi pada dasarnya didistribusikan secara normal, dengan beberapa individu hampir sama sekali tidak mampu berimajinasi dan yang lainnya memiliki kemampuan untuk membayangkan adegan sarapan pagi tanpa masalah. Galton juga menemukan ketika tidak mengherankan, bahwa apa pun kemampuan perumpamaan seseorang, dia berasumsi bahwa semua orang memiliki kemampuan yang sama.

ANTROPOMETRI

 Antropometri merupakan upaya awal Galton yang dapat dilihat sebagai awal dari gerakan pengujian mental dalam psikologi. Keinginan Galton untuk mengukur perbedaan individu di antara manusia menginspirasinya untuk menciptakan apa yang dia sebut sebagai "laboratorium antropometri" di Pameran Kesehatan Internasional London pada tahun 1884. Dia mengukur ukuran kepala, rentang lengan, tinggi berdiri, tinggi duduk, panjang jari tengah, berat, kekuatan remasan tangan (diukur dengan dinamometer), kapasitas pernapasan, ketajaman visual, ketajaman pendengaran, waktu reaksi terhadap rangsangan visual dan pendengaran, nada pendengaran tertinggi yang dapat dideteksi, dan kecepatan pukulan (waktu yang dibutuhkan seseorang untuk memukul bantalan). Pada tahun 1888 Galton mendirikan laboratorium serupa di galeri sains Museum Kensington Selatan, dan beroperasi selama beberapa tahun. Tujuan laboratorium tersebut yaitu :

1. Untuk penggunaan mereka yang ingin diukur secara akurat dalam banyak cara, baik untuk mendapatkan peringatan tepat waktu tentang kesalahan yang dapat diperbaiki dalam pembangunan, atau untuk mempelajari kekuatan mereka.

2. Untuk menyimpan daftar metodologis dari pengukuran utama setiap orang, di mana ia dapat memperoleh salinannya kapan saja di bawah batasan yang wajar.

3. Untuk menyediakan informasi tentang metode, praktik, dan penggunaan pengukuran manusia.

4. Untuk percobaan dan penelitian antropometri, dan untuk memperoleh data untuk diskusi statistik.

KONSEP KORELASI

 Kontribusi terakhir Galton pada psikologi yang akan kita pertimbangkan adalah gagasannya tentang korelasi, yang telah menjadi salah satu metode statistik psikologi yang paling banyak digunakan. Dalam definisi korelasi, kata cenderung sangat penting. Contohnya, setelah menanam kacang polong dengan berbagai ukuran dan mengukur ukuran keturunannya, Galton mengamati bahwa kacang polong yang sangat besar cenderung memiliki keturunan yang tidak sebesar mereka dan bahwa kacang yang sangat kecil cenderung memiliki keturunan yang tidak sekecil dirinya. Dia menyebut fenomena ini regresi menuju mean. Karl Pearson ( 1857-1936) merancang rumus yang menghasilkan ekspresi matematis dari kekuatan suatu hubungan. Formula Pearson menghasilkan yang sekarang sudah dikenal koefisien korelasi ( r). Selain memperkenalkan konsep korelasi, Galton juga memperkenalkan median sebagai ukuran tendensi sentral.

KONTRIBUSI GALTON UNTUK PSIKOLOGI

 Kontribusi Galton meliputi studi tentang pertanyaan pengasuhan alam, penggunaan kuesioner, penggunaan tes asosiasi kata, studi kembar, studi perumpamaan, pengujian kecerdasan, dan pengembangan teknik korelasional. Di mana dalam karyanya kita melihat perhatian pada perbedaan individu dan ukuran mereka, perhatian yang merupakan refleksi langsung dari pengaruh teori evolusi Darwin.


PENGUJIAN INTELIJEN SETELAH GALTON 

1. JAMES MCKEEN CATTELL

Pengalihan prosedur pengujian Galton ke Amerika Serikat dicapai terutama melalui upaya James McKeen Cattell ( 1860–1944), yang pernah belajar dengan Wundt dan Galton di Eropa. Cattell masuk ke Lafayette College sebelum ulang tahunnya yang ke-16. Di antara mata pelajaran favoritnya adalah matematika dan fisika. Setelah lulus dari Lafayette pada tahun 1880, ia pergi ke Jerman untuk belajar dengan ahli fisiologi Kantian RH Lotze (1817-1881). Cattell sangat terkesan oleh Lotze, dan itu menjadi pukulan yang cukup mengejutkan ketika Lotze meninggal setahun setelah kedatangan Cattell. Tahun berikutnya Cattell menulis makalah tentang filsafat yang membuatnya mendapatkan beasiswa di Universitas Johns Hopkins. Sementara di Johns Hopkins (1882–1883), dia melakukan penelitian di laboratorium psikologi baru G. Stanley Hall dan memutuskan untuk menjadi seorang psikolog. Pada tahun 1883 Cattell kembali ke Jerman untuk belajar dengan Wundt. Cattell bukan hanya asisten eksperimental pertama Wundt, tetapi juga siswa pertama dari Amerika Serikat yang memperoleh gelar doktor di bawah pengawasan Wundt (1886). Saat bersama Wundt, Cattell dan seorang muridnya melakukan banyak studi waktu-reaksi.

Setelah meraih gelar doktor, Cattell kembali ke Amerika Serikat di mana dia mengajar di Bryn Mawr College dan University of Pennsylvania. Sekitar waktu ini, Cattell menjadi sadar akan laboratorium antropometri Galton di London dan memulai korespondensi dengan Galton, terutama mengenai pengukuran waktu reaksi. Kemudian Cattell melamar dan menerima beasiswa penelitian dua tahun di Universitas Cambridge tempat dia bekerja dengan Galton. Cattell akhirnya menemukan seseorang yang memiliki minat yang sama terhadap perbedaan individu. Di bawah pengaruh Galton, Cattell menjadi percaya bahwa kecerdasan terkait dengan ketajaman sensorik dan karena itu sebagian besar diwarisi.

Sekembalinya ke Amerika Serikat pada tahun 1888, Cattell pertama kali berafiliasi dengan University of Pennsylvania, tempat ia mendirikan laboratorium psikologi pertama yang dirancang untuk mahasiswa sarjana pada tahun 1889. Di sana ia juga mengelola pengukuran tipe Galtonian kepada mahasiswanya. Lalu pada tahun 1890 Cattell menerbitkan teknik dan hasilnya dalam sebuah artikel yang menggunakan istilah tes mental untuk pertama kalinya.

Cattell menjelaskan sepuluh tes mental yang dia yakini dapat diberikan kepada masyarakat umum dan 50 tes yang dia yakini harus diberikan kepada mahasiswa. Di antara sepuluh tes tersebut adalah kekuatan tangan, ambang batas dua poin, jumlah tekanan yang diperlukan untuk menyebabkan rasa sakit, kemampuan untuk membedakan antara beban, waktu reaksi, akurasi membagi dua garis 50 sentimeter, akurasi dalam menilai interval sepuluh detik, dan kemampuan untuk mengingat serangkaian huruf. Seri 50 tes yang lebih komprehensif pada dasarnya lebih sama tetapi sebagian besar dari mereka mengukur beberapa bentuk ketajaman sensorik atau waktu reaksi.

Pada tahun 1891 di Universitas Columbia seorang murid Cattell yang bernama Clark Wissler menguji tes Cattell dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson yang baru disempurnakan. Wissler mengukur hubungan antara tes Cattell, kinerja pada berbagai tes, dan kinerja akademis. Dia menemukan bahwa keterkaitan antar tes sangat rendah, korelasi antara berbagai tes, dan keberhasilan di perguruan tinggi hampir nol (Guilford, 1967). Jadi, pengujian tersebut tidak mengukur hal yang sama karena seharusnya pengujian tersebut akan sangat berkorelasi dan tidak valid karena seharusnya skor akan berkorelasi tinggi dengan prestasi akademik. Dengan hasil yang negatif  tersebut, minat pengujian mental Cattell memudar. 


2. ALFRED BINET

Di Prancis, pendekatan yang berbeda untuk mengukur kecerdasan sedang dicoba, yang kelihatannya lebih berhasil daripada Galton. Ini melibatkan pengukur langsung operasi mental kompleks yang dianggap terlibat dalam kecerdasan. Alfred Binet ( 1857–1911) memperjuangkan metode pengujian ini, yang lebih banyak digunakan pada tradisi rasionalis daripada tradisi empiris.

Awalnya dia melakukan penelitian tentang hipnotisme yang mampu memanipulasi gejala dan sensasi subjek yang terhipnotis dengan menggerakkan magnet ke berbagai tempat di sekitar tubuh subjek. Tetapi penelitian tersebut tidak dapat dilakukan lebih lanjut karena memiliki kontrol eksperimental yang buruk. 

PSIKOLOGI INDIVIDU. Karir kedua Binet di bidang psikologi yaitu Psikologi Individu. Pada awalnya dia melakukan studi tentang pertumbuhan intelektual kedua putrinya yang berusia 2,5 tahun 4,5 tahun pada saat itu. Daripada tertarik pada kesamaan orang, Binet lebih tertarik pada apa yang membuat mereka berbeda. Binet melakukan penelitian ini dengan asistennya yaitu Henri. Mereka mencari daftar variabel penting dan cara menentukan sejauh mana variabel itu pada individu tertentu. Dengan variabel yang diisolasi dan tersedia cara pengukurannya, mereka berharap dapat "mengevaluasi" setiap individu dalam waktu yang relatif singkat.  Namun tujuan Binet dan Henri untuk mengakses proses mental seseorang yang lebih tinggi dalam waktu yang relatif singkat gagal. 

MENILAI KEKURANGAN INTELEKTUAL.  Pada tahun 1899 Theodore Simon ( 1873–1961), yang bekerja magang di sebuah institusi besar untuk anak-anak dengan retardasi mental, meminta Binet untuk mengawasi penelitian doktoralnya. Binet setuju dan memandang ini sebagai peluang untuk memiliki akses ke kumpulan subjek yang besar. Pada tahun 1903 Binet dan Simon diangkat ke dalam kelompok yang ditugaskan pemerintah Prancis untuk mempelajari masalah anak-anak keterbelakangan di sekolah-sekolah Prancis. Pada tahun 1904 Binet dan Simon mulai membuat tes yang akan membedakan antara anak normal secara intelektual dan di bawah normal. Binet yakin bahwa cara terbaik untuk menguji perbedaan individu adalah dalam hal kompleks, seperti proses mental, dan beberapa tes yang diberikan kepada anak normal dan di bawah normal. Setelah banyak trial and error, Binet dan Simon sampai pada tes pertama yang mengukur kecerdasan secara langsung  melalui pengukuran ketajaman sensorik.

SKALA KECERDASAN BINET-SIMON 1905 DAN REVISINYA. Binet dan Simon menawarkan Skala kecerdasan Binet-Simon sebagai cara yang valid untuk membedakan antara anak-anak normal dan anak-anak dengan defisiensi mental. Skala 1905 terdiri dari 30 tes mulai dari kesulitan dari gerakan mata sederhana hingga definisi abstrak. Tes-tes tersebut disusun berdasarkan tingkat kesulitannya, sehingga semakin banyak tes yang dilalui seorang anak, dapat diasumsikan semakin berkembang kecerdasannya. Skala diberikan kepada anak-anak normal dan anak-anak yang diperkirakan mengalami retardasi, berusia antara 2 dan 12 tahun.

Pada tahun 1908 Binet dan Simon merevisi skala mereka. Tujuan mereka sekarang adalah untuk lebih dari sekadar membedakan anak-anak normal dari anak-anak retardasi, tetapi untuk membedakan antara tingkat kecerdasan untuk anak-anak normal. Dengan kata lain, tingkat kecerdasan anak ditentukan oleh seberapa tinggi atau lebih rendah dari nornal yang dilakukan anak. 

Skala revisi 1911 memasukkan data normatif pada orang dewasa (15 tahun) dan memberikan tepat lima tes untuk setiap tingkat usia. Jadi, "tingkat intelektual" seorang anak dapat dinyatakan dalam istilah usia intelektual  yaitu usia yang sesuai dengan tes tersulit yang dapat dilalui oleh anak tersebut. Dia mengamati bahwa sangat umum bagi anak-anak untuk memeiliki usia intelektual satu tahun belakang dari usia kronologisnya tetapi tidak banyak mengalami kesulitan disekolah. Namun ada anak-anak yang usia intelektualnya dua tahun belaknagn dari usia kronologisnya akan mengalami kesulitan dalam program sekolah dan harus mendapat perhatian khusus. 

KADAR KECERDASAN. Pada tahun 1911, William Stern (1871–1938), seorang psikolog Jerman, memperkenalkan istilah tersebut sebagai usia mental. Bagi Stern, usia mental seorang anak ditentukan dari tes Binet-Simon sebelumnya. Stern juga menyarankan bahwa usia mental dibagi dengan usia kronologis, menghasilkan kadar kecerdasan. Misalnya, jika anak berusia 7 tahun lulus semua tes yang biasanya dilakukan oleh anak usia 7 tahun tersebut , maka kadar kecerdasannya akan menjadi 7/7, atau 1,00. Pada tahun 1916 Lewis Terman menyarankan bahwa hasil bagi kecerdasan dikalikan dengan 100 untuk menghilangkan koma desimal. Terman juga menyingkat "intelligence quotient" menjadi "IQ". Jadi, dengan menggabungkan saran yang dibuat oleh Stern dan Terman, memiliki rumus yang umum untuk IQ yaitu :

IQ= Usia Mental (MA) / Usia Kronologis (CA) x 100.

Namun Binet menentang penggunaan intelligence quotient. Dia percaya bahwa kecerdasan terlalu kompleks untuk diwakili oleh angka yang sederhana tersebut. Akan tetapi, penyederhanaan Stern mengenai kecerdasan ini tetap digunakan walaupun ditentang oleh Binet. 

BINET MELIHAT SKALA KECERDESANNYA. Binet melihat skala sebagai alat untuk mengidentifikasi anak-anak yang membutuhkan semacam pendidikan khusus. Binet sangat yakin bahwa anak-anak dengan nilai ujian yang rendah dapat memperoleh manfaat yang besar jika diberi perhatian khusus. Meskipun Binet percaya bahwa bawaan dapat menetapkan batas atas potensi intelektual, ia juga percaya bahwa setiap orang dapat tumbuh secara intelektual jika dirangsang dengan benar.

ORTOPEDI MENTAL. Binet percaya bahwa ortopedi mental dapat mempersiapkan anak-anak kurang mampu untuk bersekolah. Ortopedi mental terdiri dari latihan yang akan meningkatkan kemauan, perhatian, dan disiplin anak serta semua kemampuan yang menurut Binet diperlukan untuk pendidikan kelas yang efektif.


3. CHARLES SPEARMAN DAN KONSEP KECERDASAN UMUM

Dalam menyelidiki lebih dalam tentang sifat kecerdasan, Spearman melakukan dasar untuk apa yang terjadi yaitu analisis faktor. Analisis faktor adalah teknik statistik yang kompleks berdasarkan korelasi. Teknik ini dimulai dengan mengukur individu atau sekelompok individu dalam berbagai cara. 

Spearman menemukan bahwa kecerdasan dapat dijelaskan dengan mendalilkan dua faktor. Setiap individu berbeda dalam kompetensi mereka dalam hal-hal seperti matematika, bahasa, dan musik. Kemampuan seperti itu disebut faktor spesifik (s). Karena ukuran s cenderung saling terkait, Spearman mendalilkan jenis yang utama yang disebut faktor umum atau kecerdasan umum (g). Jadi menurut Spearman teori kecerdasan memiliki dua faktor yaitu faktor menggambarkan kemampuan khusus dan faktor yang menggambarkan kecerdasan umum. 

Kesimpulan Spearman tentang sifat kecerdasan penting karena 3 alasan yaitu :

1. Dia menekankan sifat kesatuan dari kecerdasan, sedangkan Binet menekankan keanekaragamannya;

2. Dia memandang kecerdasan sebagian besar diwarisi, sedangkan Binet memandangnya sebagai dapat dimodifikasi oleh pengalaman;

3. Sebagian besar konsepsi Spearman tentang kecerdasan dianut oleh gerakan pengujian baru di Amerika Serikat, bukan konsep Binet. Artinya, IQ dipandang sebagai pengukur sesuatu seperti Spearman (g) daripada berbagai "tingkat intelektual" Binet.

4. CYRIL BURT

Cyril Burt (1883-1971) adalah kolega Spearman di Universitas London. Burt menerima konsep Spearman tentang "g" dan percaya bahwa pendidikan harus mengikuti kecerdasan asli siswa. Siswa dengan kemampuan intelektual yang tinggi harus diberikan kesempatan pendidikan yang lebih menantang daripada siswa dengan kemampuan intelektual yang rendah. Dia mempelajari kembar identik (monozigot) yang dibesarkan bersama dan dibesarkan terpisah, korelasi ukuran kecerdasannya yaitu 0,70 atau lebih tinggi. Di sisi lain, korelasi antara kembar identik dan adik atau kakak mereka hanya sekitar 0,40 atau 0,50. Data ini memperkuat gagasan bahwa kecerdasan sebagian besar merupakan bawaan dan lingkungan yang berubah tidak akan mempengaruhinya secara signifikan.

SKANDAL. Leon Kamin (1974, 1977) meninjau data Burt seperti yang disajikan pada tahun 1972 dan menemukan sejumlah perbedaan yang menunjukkan bahwa data Burt ditemukan. Oliver Gillie, seorang jurnalis Inggris, berusaha menghubungi orang-orang yang menurut daftar Burt telah mengumpulkan data untuknya dan menemukan bahwa mereka tidak ada atau tidak pernah mengumpulkan data. Gillie (1977) menyerukan pembentukan komite untuk membantu mengungkap penipuan dalam sains. Akhirnya, dalam biografinya tentang Burt, Leslie Hearnshaw (1979) menuduh bahwa Burt telah menerbitkan data palsu yang mendukung kasusnya dengan nama samaran dan diterbitkan dengan rekan penulis yang tidak ada. Akan tetapi, baik nyata atau palsu, pada dasarnya penelitian mempelajari anak kembar identik telah dikonfirmasi oleh peneliti lain.


Skala Binet – Simon di Amerika Serikat

1. Henry Herbert Goddard ( 1866–1957)

Lahir dalam keluarga Quaker New England dan memperoleh gelar sarjana dan magister dari Haverford College.

Goddard menerjemahkan skala Binet – Simon ke dalam Bahasa Inggris. Meskipun awalnya skeptis terhadap skala tersebut, ia merasa sangat efektif dalam mengklasifikasikan anak-anak dalam kaitannya dengan tingkat keterbelakangan mereka.

Selain memberikan terjemahan skala Binet-Simon kepada anak-anak di Vineland, Goddard juga memberikannya kepada 2.000 siswa sekolah umum di New Jersey.

  • Studi tentang keluarga "Kallikak".

Goddard memutuskan untuk menyelidiki hubungan antara latar belakang keluarga dan kecerdasan lebih hati-hati. Goddard melaporkan temuannya di Keluarga Kallikak, Studi tentang Hereditas Pikiran Lemah (1912). Penelitiannya diambil sebagai dukungan untuk keyakinan Galtonian bahwa kecerdasan ditentukan secara genetik.

  • Tes mental dan imigrasi.

Pada tahun 1905 hingga 1913 jutaan orang bermigrasi dari Eropa ke Amerika Serikat, dan ada kekhawatiran yang berkembang bahwa banyak dari mereka mungkin mengalami gangguan mental.

Goddard merasa senang di tahun-tahun terakhirnya, Goddard secara radikal mengubah keyakinannya dengan menerima banyak pandangan Binet. Misalnya, dia akhirnya setuju bahwa perlakuan yang tepat bagi individu yang mendapat nilai rendah pada tes kecerdasan adalah pendidikan khusus, bukan pemisahan atau sterilisasi.


2. Lewis Madison Terman ( 1877–1956)

Lahir pada tanggal 15 Januari, anak ke-12 dari 14 bersaudara dari sebuah keluarga petani dari Indiana tengah.

  • Tes Stanford-Binet

Terman menemukan bahwa ketika skala Binet-Simon diberikan kepada anak-anak AS, hasilnya tidak merata. Artinya, skor rata-rata anak-anak dari berbagai usia lebih tinggi atau lebih rendah dari usia kronologis kelompok usia yang diuji. Misalnya, Terman mengamati bahwa item dari skala Binet-Simon terlalu mudah untuk anak usia 5 tahun dan terlalu sulit untuk anak usia 12 tahun.

  • Posisi Terman tentang warisan kecerdasan

Sepanjang karirnya, Terman percaya bahwa kecerdasan sebagian besar diwariskan. Kecerdasan yang rendah adalah penyebab dari sebagian besar kriminalitas dan bentuk perilaku antisosial lainnya. Bagi Terman (1916), orang bodoh tidak bisa menjadi orang yang bermoral.

  • Studi Terman tentang kejeniusan.

Di zaman Terman, secara luas diyakini bahwa anak-anak yang sangat cerdas adalah jauh dari batas normal dan lebih dari perhitungan statistic.

Menurut Terman, mereka yang berprestasi terbaik di masa muda juga cenderung berprestasi terbaik sebagai orang dewasa yang matang.


3. Leta Stetter Hollingworth

Leta Stetter Hollingworth (1886-1939) yang terutama peduli dengan pengembangan strategi pendidikan yang akan memastikan perkembangan kesejahteraan siswa berbakat. Lahir Leta A. Stetter Hollingworth memperoleh gelar sarjana dari Universitas Nebraska.

Melalui Thorndike dia mengembangkan minat dalam tes psikologis. Namun, Hollingworth juga tertarik dengan banyaknya kesalahpahaman tentang wanita yang lazim pada saat itu. Yang mengejutkan, Thorndike setuju untuk membimbing disertasinya tentang “Periodisitas Fungsional,” yang menyelidiki gagasan bahwa wanita mengalami gangguan psikologis selama menstruasi. Dia tidak menemukan bukti untuk gangguan tersebut (Hollingworth,1914).

Hollingworth juga menantang keyakinan yang diterima secara luas bahwa kecerdasan sebagian besar diwarisi dan bahwa wanita secara intelektual lebih rendah daripada pria. Hollingworth juga berdiskusi dengan Terman tentang keyakinannya bahwa lebih banyak pria daripada wanita yang diklasifikasikan sebagai berbakat bukan karena kemampuan intelektual yang berbeda tetapi karena faktor sosial.

Karyanya di Clearing House membuatnya menyadari bahwa mitos tentang apa yang disebut individu cacat mental sama banyaknya dengan mitos tentang wanita. Misalnya, dia menemukan bahwa banyak individu yang diklasifikasikan sebagai "cacat" tetapi dalam kenyataannya mereka memanifestasikan masalah penyesuaian sosial dan pribadi.

Hollingworth selanjutnya memusatkan perhatiannya pada pendidikan anak-anak berbakat. Dia mengamati bahwa hanya mengklasifikasikan anak sebagai berbakat tidak cukup. Dengan menekankan nilai tes abstrak atau karakteristik kelompok, kebutuhan individu siswa seringkali menjadi kebutuhan diabaikan. Selama sisa karirnya, dia memperbaiki penganiayaan terhadap anak-anak berbakat.

PENGUJIAN INTELIJEN DI ANGKATAN DARAT

1. ROBERT M. YERKES

Yerkes memperoleh gelar doktor pada tahun 1902, ia tetap di Harvard sebagai anggota fakultas. Dengan temannya, John B. Watson, yang saat itu di Universitas Johns Hopkins, Yerkes mendirikan psikologi komparatif di Amerika Serikat. Sebagai pengakuan atas kesuksesan utamanya, Yerkes terpilih sebagai presiden American Psychological Association (APA) pada tahun 1917.

“Kontribusi” Yerkes untuk pengujian kecerdasan adalah sarannya agar semua individu diberikan semua item pada tes Binet-Simon dan diberikan poin untuk item yang lulus. Dengan demikian, skor seseorang adalah dalam hal poin total yang diperoleh, bukan IQ. Ini menghilangkan usia sebagai faktor dalam penilaian. Yerkes percaya bahwa, selain lebih mudah dikelola, skor poin lebih bisa diterima untuk analisis statistik daripada skor IQ. Karena dengan skor poin semua individu mengambil tes yang sama tanpa memperhatikan usia atau level mereka, metode Yerkes kondusif untuk pengujian kelompok, sedangkan tes Binet-Simon harus diberikan kepada satu orang pada satu waktu.

PROGRAM PENGUJIAN TENTARA. 

Ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia I pada tahun 1917, Yerkes adalah presiden APA. Dia mengadakan pertemuan khusus asosiasi untuk menentukan bagaimana psikolog dapat membantu dalam upaya perang yaitu dengan kontribusi merancang cara untuk memilih dan mengevaluasi calon anggota angkatan bersenjata. Atas undangan Goddard, sekelompok kecil psikolog, termasuk Yerkes dan Terman, pergi ke Sekolah Vineland untuk mengembangkan tes psikologi yang kemudian diadili di berbagai pangkalan angkatan darat dan angkatan laut. Karena hasilnya menggembirakan, Yerkes diangkat menjadi mayor angkatan darat dan diberi tugas untuk mengatur program pengujian untuk seluruh angkatan darat (angkatan laut menolak gagasan itu). Tujuan dari program ini adalah untuk mengidentifikasi mereka yang mengalami defisiensi mental, untuk mengklasifikasikan laki-laki dalam hal tingkat kecerdasan mereka, dan memilih individu untuk pelatihan khusus misalnya, menjadi perwira.


KERUSAKAN DARI INTELIJEN NASIONAL


Penggunaan tes Alfa dan Beta Angkatan Darat menghidupkan kembali kekhawatiran tentang kemerosotan tingkat intelijen negara. Goddard, Terman dan Yerkes sangat prihatin tentang kemerosotan kecerdasan bangsa, yang mereka yakini disebabkan oleh imigrasi dan fakta bahwa individu yang secara intelektual lebih rendah bereproduksi lebih cepat daripada individu normal atau di atas normal. 

Buku terbaru Kurva Lonceng: Kecerdasan dan Struktur Kelas dalam Kehidupan Amerika (1994), oleh Richard J. Herrnstein dan Charles Murray, mencerminkan banyak kepercayaan sebelumnya tentang kecerdasan yang diterima oleh Galton, Cattell, Spearman, Burt, Goddard, Terman, dan Yerkes. Herrnstein dan Murray menyusun buku mereka mengenai enam kesimpulan atau poin, tentang kecerdasan yang "tidak dapat dibantah".
Inilah enam kesimpulan atau poin berikut :
  1. Ada yang namanya faktor umum dari kemampuan kognitif yang membedakan manusia.
  2. Semua tes standar bakat akademis atau prestasi mengukur faktor umum ini sampai tingkat tertentu, tetapi tes IQ yang dirancang khusus untuk tujuan pengukurannya itu paling akurat.
  3. Skor IQ cocok, pada tingkat pertama, apa pun yang orang maksudkan ketika mereka menggunakan kata cerdas atau pintar dalam bahasa biasa.
  4. Skor IQ stabil, meskipun tidak begitu sempurna, tetapi terdapat di sebagian besar kehidupan seseorang.
  5. Tes IQ yang dilakukan dengan benar tidak menunjukkan bias terhadap kelompok sosial, ekonomi, etnis, atau ras.
  6. Kemampuan kognitif secara substansial dapat diwariskan, tampaknya tidak kurang dari 40 persen dan tidak lebih dari 80 persen. (hlm. 22-23)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi Humanistik

Gangguan Psikologis

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI MODERN